Pejuang kehidupan


Hi everyone, stay safe and health.

Ditengah pandemi seperti ini, sudah seharusnya kita banyak berdoa dan senantiasa bersyukur. Siapapun dan dimanapun kita pasti terkena dampak negatif dari pandemi ini, tapi perlu dilihat juga sisi positifnya. Lebih banyak waktu untuk keluarga, baik yang dekat atau yang terpisah jarak, karena akan lebih sering berkirim kabar. Lingkungan sekitar pun beradaptasi, suhu menjadi hangat, langit kota tidak lagi abu, satu dua bintang terlihat. Ketika pandemi ini datang sebagai ujian, sungguh baru sangat sebentar dibanding dengan nikmat yang selama ini diberikan-Nya kepada kita.

Kali pertama aku turun membagikan sebungkus nasi dengan para relawan, belum ada perasaan itu. Kali kedua, ketiga, belum juga ada. Entah pada kali keberapa dan pada bungkus ke berapa, perasaan itu muncul. Kini rasanya tak bisa berhenti, meski hanya menjadi perantara. Antara yang memberi dan yang diberi. 

Lalu berulang kali aku membaca "Sesungguhnya orang terbaik diantara kalian adalah orang yang memberi makan" - HR. Ibnu Sa'ad dan tulisan sejenisnya tentang hal tersebut. 

Bagi si Pemberi atau disini sering disebut donatur, tidak selalu meminta bukti atau yang biasa kita sebut dokumentasi. Tapi bagi para relawan yang tergabung dalam organisasi yang berbadan hukum, sudah menjadi keharusan untuk mendokumentasikan sebagai laporan dan pemberitaan. Entah kepada donatur atau khalayak. Jika ada yang bilang "ngasih ya ngasih aja ga perlu pakai foto", "yang diberi tidak mau menerima kalau pakai foto dulu", "harga diri lebih penting daripada sekantung sembako". Kalimat-kalimat itu tidak lantas membuatku dan para relawan berhenti. Akan selalu ada yang setuju dan sebaliknya. Tidak mengapa. 

Tetap akan lebih menyenangkan untuk mengingat wajah mereka yang mengurai senyum lebar saat menerima tangan kami, langkah kaki yang berderap menghampiri, kalimat-kalimat doa, syukur dan terimakasih yang terucap. 

Ajaibnya perasaan bisa menstimulasi otak dan panca inderaku. Sesekali aku menjadi pemberi sekaligus perantara. Karena kali ini sebungkus nasi itu dariku, tak perlu ada pemberitaan. 

Teruntuk para pejuang kehidupan
yang berangkat sebelum terang
pulang setelah petang
semoga jalannya senantiasa lapang

Semua foto ini aku ambil sendiri dengan meminta ijin terlebih dahulu sebelum difoto.
Masih terlalu pagi namun hujan datang tanpa bilang.
Beliau sedang berteduh, tak keberatan saat kami tidak turun dari mobil.
Mari berhenti menggunakan ketidakberuntungan orang lain sebagai alarm bersyukur diri
Banyak jenis pekerjaan diluar sana, yang mungkin tak pernah dicitakan tapi diciptakan.
Beliau penjaja cilok. Bukankah nikmat sekali cilok hangat dinikmati saat hujan.

Entah apa yang dilakukan Beliau, mengisi botol dengan air. Air apa?
Hujan deras membuat kita tak bisa bersua.
Gerobak Es Godir dibiarkan kehujanan, Beliau berteduh lalu terlelap.
Suara cemprengku munkin mengganggu sesaat kemudian beliau terjaga.

Ketika hujan akan datang mungkin agak sedikit menyebalkan
karena angin membuat dedaunan berterbangan.

Penjaja jas hujan, kanebo & majalah

Penjaja Es Tebu.

Pahlawan Lingkungan.
Pernah sekali kami membuka stand makan tepat diseberang TPS.
Beliau ini bekerja di Pos Satpam komplek perumahan, tapi menjahit.

Beliau menjual minuman herbal & Nasi bungkus

Emansipasi wanita. Wanita juga bisa bekerja.

Dikayuh sepeda dengan barang dagangan dibagian belakang.
Kami bersisian, terhenti oleh lampu lalu lintas yang hanya 10 detik saja.
Beliau berlari kecil menuju kami & lampu hijau.

Kalian sering melihat postingan tentang penjaja kerupuk. Setelah ku kejar, melewati gang sempit, aku tak membawa uang selembarpun. Beruntung satu temanku membawa uang. 

Ini adegan berbahaya tapi sering ku lakukan, saat bersisian tangan kami saling bertemu. Salah satu momen menyenangkan saat aku bermotor.

Comments

Popular Posts